31 October, 2015

1 comments 10/31/2015 08:00:00 PM

Menjadi Muda di PK-45

Posted by isma - Filed under
akhirnya, sudah di-PK hehe

Semua mata menatap ke depan. Posisi berdiri tegak dengan tangan lurus ke bawah. Kami sedang menyanyikan mars LPDP bersama-sama. Lirik demi lirik kami lantunkan, sebaik-baiknya, sehafal-hafalnya karena kami tahu tengah diperhatikan oleh PIC PK LPDP, Pak Kamil. Tak terkecuali saya, yang jujur saja paling tidak bisa menyanyi dan belum banyak berlatih menghafalkan lirik wajib itu. Mungkin kalau diperhatikan baik-baik, gerak bibir saya kayak ikan maskoki, buka tutup buka tutup dan sesekali nggak matching dengan suara akhir dari lirik lagu.

Dan ternyata dari sinilah malapetaka hari pertama itu terjadi. Begitu seluruh peserta menyelesaikan lirik terakhir, “Majulah... Smangatlah... Jaya!” Pak Kamil tiba-tiba melempar perintah, “Bagi yang belum hafal mars, silakan maju ke depan!” Perintah yang membuat saya berteriak histeris dalam hati, “what what, mati deh!” Perintah yang membuat saya berasa muda lagi karena sudah membangkang dan melakukan kesalahan hahaha. Lalu dengan langkah nggak jelas, saya mengikuti perintah. Bersyukur, saya tidak sendirian. Ada beberapa teman yang juga belum hafal, atau sudah hafal tapi dari hasil pengamatan Pak Kamil gerakan bibir mereka kurang meyakinkan sebagai yang hafal hehe.

abis pentas kunokini
pas pentas seni kontemporer yang lucu

Begitulah salah satu kenangan menjadi muda dari Program Persiapan Keberangkatan angkatan 45, tanggal 16-31 Oktober 2015. Sebagai proses lanjutan dari diterimanya saya menjadi awardee LPDP. Banyak temen yang bilang, “PK itu menyenangkan tapi haram untuk diulang.” Hehehe, dan saya pun berpendapat yang sama. Dari pra-PK para peserta sudah disibukkan dengan tugas-tugas, seperti menulis essay tentang amazing Indonesia dan profil tokoh, mempersiapkan acara-acara untuk By You For You pas PK, belum lagi kalau kebagian jadi PIC, kebetulan saya sebagai PIC untuk tugas menulis review video angkatan 23. Alamak, repotnya haha. Lembur-lembur dah!

Demikian juga pas pelaksanaan PK. Tidak ada waktu cukup untuk istirahat. Persis kayak masa semesteran di Manoa karena lembur paper. Bedanya kalau PK karena kegiatan yang padat mulai abis subuh sampai pukul 10.00 malam, dilanjut dengan latihan-latihan untuk pentas By You For You dan nulis review. Untungnya, kelompok saya itu kebanyakan para artis yang talented, jadi latihannya nggak banyak-banyak. Ini tentu saja meringankan posisi saya sebagai tim pupuk bawang. Toh endingnya ternyata luar biasa. Kelompok Jong Islamieten Bond keluar sebagai pemenang kelompok PK-45. Keren!

outbond di citra elo magelang
usai penutupan di monjali

Tapi, di PK juga banyak serunya. misalnya kegiatan outbond, maklum pengalaman pertama rafting sama flying fox hehe. Ples para pemateri yang dihadirkan oleh LPDP. Rata-rata memang para “seleb” di bidangnya, misalnya, Bupati Bantaeng, Ricky Elson, dan Dick Doang. Mendengar pengalaman sukses para tokoh memang menyenangkan, selain juga dapat pesan-pesan baik sebagai pegangan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Saya suka sekali dengan penyampaian dari Pak Mahdum, direktur PUPD LPDP, tentang filosofi Elang yang harus menentukan pilihan dalam hidupnya, antara hidup lebih lama atau hanya sampai usia 30an tahun, dengan konsekuensi masing-masing.

Cuma yang namanya orang tua ya tetap beda dengan yang muda, generasi 90-an yang menjadi mayoritas di PK-45. Beberapa peserta, termasuk saya, dari generasi 70-an, tidak bisa sekontributif mereka yang muda *uhuk, ngeles. Saya cuma bantu-bantu sebar proposal, narikin duit ke sodara dan teman dan dapet 750.000 haha, potret-poter sebagai tim dokumentasi, update website, nulis puisi, beliin peniti sama kelereng, ngeprint foto makanan dan bawa gitar yang akhirnya nggak kepake, sama ikut-ikutan menggembirakan pentas. Nggak papalah, kan tim bongkotan hehe. Meskipun demikian, ada juga temen-temen yang mau menulis kesan buat saya. Hiks, terharu. Ini apresiasi yang luar biasa. Saya tentu senang sekali. Makasih ya teman-teman.

1 comments:

Irham Sya'roni said...

Waaa.... MONJALI! Monumen yang --saat masih domisili di Sleman-- dulu saban hari saya lewati. :)